Transjakarta, jaringan rute Bus Raya Terpadu (BRT) terpanjang di dunia ini menjadi tulang punggung transportasi umum di dalam Kota Jakarta. Dengan ratusan rute dan ribuan kendaraannya, Transjakarta menjadi bagian penting dalam identitas Kota Jakarta. Namun sayangnya, data rute dan infrastruktur pendukung Transjakarta kurang diminati untuk dipetakan. Hal ini mendorong saya untuk memetakan Transjakarta, setidaknya jaringan koridor utamanya terlebih dahulu.
Mengenal sistem Transjakarta
Transjakarta merupakan sistem jaringan bus kota di Jakarta. Ditinjau dari rutenya, rute Transjakarta terbagi menjadi dua, yakni rute BRT dan non-BRT. Rute BRT merupakan rute yang berjalan sepenuhnya di jalur khusus dan hanya berhenti di halte BRT. Sementara itu, rute non-BRT merupakan rute bus kota yang melayani halte di pinggir jalan dan biasanya tidak melewati jalur khusus. Sebagian kalangan membagi lagi rute non-BRT menjadi rute non-BRT yang juga melayani halte BRT dan rute yang sama sekali tidak melayani halte BRT (sepenuhnya melayani halte biasa di pinggir jalan).
Jalur khusus yang dimaksud pada kenyataannya tidak benar-benar “khusus”. Sebagian jalur khusus memang memiliki pembatas atau separator untuk memisahkan jalur untuk bus dan kendaraan lain. Namun, sebagian lainnya hanya berupa jalan yang diberi marka, sehingga pada kenyataannya juga dipakai oleh kendaraan lain. Sebagian lainnya bahkan tidak memiliki penanda apapun, sehingga bus “BRT” berjalan di jalan yang tidak memiliki perlakuan khusus apapun terhadap bus Transjakarta.